Pengurus Cabang Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Kabupaten Jepara

Selasa, 19 Juli 2011

Menag: Komunitas Pesantren Sangat Kritisi Kekerasan Atas Nama Islam


Surabaya (Pinmas)--Menteri Agama H Suryadharma Ali mengatakan komunitas pesantren sangat mengkritisi kecenderungan mengedepankan kekerasan atas nama Islam. Spiritual beragama para kiai dan santri yang mengedepankan akhlakul karimah menjadi teladan masyarakat Indonesia, bagaimana seharusnya menjadi warga bangsa yang humanitis, dengan senantiasa beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Sikap konsistensi untuk senantiasa beradaptasi dengan budaya lokal, namun tetap melakukan teranformasi sosial sesuai dengan perkembangan kotemporer, menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khazanah perkembangan sosial budaya masyarakat Indoensia," kata Menag pada penutupan Pospenas (Pekan Olahraga Pondok Pesantren Nasional) ke-5 di Gedung Olahraga Kertajaya Surabaya, Minggu (10/7). Hadir dalam kesempatan itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Gubernur Jawa Timur Sukarwo, dan sejumlah undangan lainnya.
Menag dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Menteri Agama H Ahmed Mahfudz memaparkan tidak berlebihan apabila pesantren diposisikan sebagai salah satu elemen determinan dalam struktur piramida sosial masyarakat Indonesia. Adanya posisi strategis yang disandang pesantren menuntutnya untuk memainkan peran penting dalam setiap proses pembangunan sosial, baik melalui potensi pendidikan maupun pengembangan masyarakat.
"Di bidang pendidikan, pesantren telah melakukan transpormasi kultural sehingga doktrin, lembaga, dan pranata sosial yang melekat padanya selalu menjadi relevan seiring dengan perubahan sosial yang terjadi," papar Menag.
Menurut Menag, selain dengan cara transpormasi, pesantren juga melakukan proses adaptasi dengan perkembangan kontemporer, mulai dari kontekstualisasi kitab kuning, modernisasi kelembagaan, apresiasi yang sepatutnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan lain sebagainya. "Berbarengan dengan tumbuh suburnya kultur pesantren yang dijiwai dengan nilai-nilai akhlakul karimah, berkembang pula program-program pengembangan olahraga dan seni di pondok pesantren."
Menag berharap even Pospenas, selain uji prestasi di bidang olahraga dan seni, juga sebagai ajang untuk memperkokoh karakter bangsa yang mengedepankan akhlakul karimah, dan mempererat silaturahim antarkomunitas pondok pesantren se Indonesia. "Dalam konteks ini, pondok pesantren dinilai sangat strategis untuk membangun generasi muda yang beriman dan bertakwa, sehat jasmani dan rohani, berkualitas unggul, sportif, serta berdaya saing tinggi."
Diwarnai protes
Penutupan Pospenas V diwarnai aksi protes oleh Kontingen Sulawesi Tangah. Mereka protes di depan Menpora Andi Mallarangeng yang akan meninggalkan Gedung Olahraga Kerta Jaya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu sore. "Buat apa curang, buat apa curang, curang itu tak ada gunanya," teriak mereka. Namun, Andi langsung melajukan mobilnya saat aksi tersebut berlangsung.
Aksi protes diduga ditujukan kepada tuan rumah Jawa Timur yang menjadi juara umum dengan perolehan 49 emas, 15 perak dan 17 perunggu. Sementara itu, kontingen DKI Jakarta berada pada urutan ketujuh dengan perolehan tujuh emas. Andi Mallarangeng dalam pidatonya mengatakan, 30 orang didiskualifikasi karena setelah diteliti atlet itu bukan dari kalangan santri, mereka ini disusupkan dan akhirnya 11 emas dianulir.
Acara penutupan Pospenas V 2010 ini berlangsung dari tanggal 5-11 Juli ditutup Andi Malarangeng yang mewakili Menteri Agama Suryadharma Ali karena tidak dapat hadir. Sebelumnya, acara pembukaan Pospenas V ini dibuka Wapres Boediono yang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sementara itu, And Mallarangeng dalam sambutannya mengatakan, ada sekitar 10 juta mereka yang belajar di lingkungan pondok pesantren kalau saja separuh dari angka tersebut rutin melaksanakan olahraga dan dilakukan secara sistematis maka akan ada atlet nasional dari lingkungan ponpes.

Dalam ajang Pospenas V ini digelar berbagai pertandingan diantara, sepakbola, bulutangkis, pencak silat dan yang lainnya, termasuk seni kaligrafi Islam. (dik)