PROGRAM RMI JEPARA
Oleh: Abdul Baits Muchtar
(Pimpinan Pesantren Alburuj Ngabul).
I. PEMIKIRAN:
“Mengatasi Masalah dengan Mengenal Masalah Dalam Pondok Pesantren”.
- Banyaknya pondok pesantren yang hanya menfokuskan mempelajari ilmu dakwah (akhirat), sementara mengenyampingkan ilmu tentang alat dakwah/sains (dunia), seperti matematika, IPA, biologi dll, sehingga ada kesan seolah-olah Islam itu hanya membahasa akhirat saja, atau ada pemisahan antara ilmu agama dan sains.
- Kelemahan kita terlalu banyak materi pengulangan terutama dibidang Nahwu dan fiqh, sementara banyak bidang lain yg terabaikan, terutama bidang Al-Qur’an dan hadits. Sehingga alumni pesantren kita belum banyak disetarakan dengan sekolah lain. Atau minimal ijazah aliyah pesantren belum banyak diakui untuk melanjutkan ke universitas.
- Di sisi lain, ada beberapa Pesantren yang tidak ingin dianggap kolot, tradisional, maka menerapkan system kejar tayang, artinya semua materi pelajaran diwajibkan atau dipaksa bagi santri untuk menguasainya, sehingga yang terjadi adalah malah mentah hasilnya, tidak ada bidang yang lebih spesifik. Ini tak lain adalah korban dari pendidikan modern ekstrim, terlalu dipaksakan. Jadi, akan mencetak generasi yang setengah-setengah dalam semua bidang, ilmu agama mentah, dan ilmu sainnya juga mentah. Dengan demikian pesantren kehilangan identitasnya.
- Pendidikan di Pesantren lebih dominan menekankan penguasaan keilmuan, bukan pemikiran. Hal ini akan melahirkan alumnus yang taklid kaku, bukan taqlid lentur serta toleran, karena system pendidikannya didoktrin harus manut, tidak boleh membantah dan kritik. Sementara di sisi lain, pendidikan di luar pesantren seperti universitas kebalikannya, lebih menekankan kepada pemikiran karena dikedepankan sikap kritis serta kebebasan berfikir. Padahal dua-duanya harus digabungkan kemudian Pesantren berfungsi mengarahkan dan menfilter dari pemikiran yang menyimpang.
- Banyak pesantren yang menjaga jarak dengan masyarakat sekitar, sehingga Pesantren ibarat dinding kerajaan yang sulit ditembus oleh masyarakat dlm memberikan pengabdian serta pelayanan kepada umat.
- Seorang pimpinan pesantren idealnya adalah berilmu, punya lidership dalam memenej dan istiqomah bersama santri. Namun sayangnya tiga criteria ini jarang kumpul dalam satu pribadi seorang pimpinan pesantren. Ada kyai istiqomah tapi jarang mengajar santri karena lebih focus ngurus menejemnnya. Banyak kyai yang seharusnya menjadi rujukan ilmu bagi santri tapi malah sibuk mengurus urusan luar pondok, baik untuk kepentingan dakwah umat, menghadiri undangan, berorganisasi maupun berpolitik. Sehingga urusan pesantren lebih diserahkan kepada penggantinya bahkan cukup kepada santri seniornya saja.
- Banyaknya pesantren yang pasif tidak aktif apalagi produktif dalam mencari kebutuhan local di bidang finansial, sehingga lebih terkesan membebani serta mengharap, bukan membantu serta melayani kepada pihak lain.
- Kurangnya Pesantren yang memberikan penghargaan kepada santrinya sendiri sebagai motivasi. Walaupun itu hanya secarik kertas sebagai bekal menambah PD santri saat berhadapan dengan masyarakat saat lulus, seperti: Ijazah Pondok, Piagam penghargaan, Sertifikat skill, dan lainnya.
- Pentas kecerdasan atau kemampuan pesantren lebih sering atau masih sebatas dalam bentuk
II.KURIKULUM & KARYA PESANTREN:
A. Pengembangan pemikiran serta kreatifitas kyai dan santri.
- Membudayakan serta mendorong kyai dan santri untuk kreatif di bidang karya tulis.
Sistem kerja RMI: mengadakan lomba karya tulis antar Pesantren, Lomba karangan bahasa arab, memberikan ruang media kepada santri, dan memberikan bantuan madding ke Pesantren, dll. Dan program ini dibutuhkan anggaran dana cukup besar).
- Membantu para kyai yang kreatif dan punya karya-karya pilihan.
Sistem Kerja RMI: menjadi mediator untuk mempertemukan kyai dengan para penerbit buku agar karyanya dapat dicetak, tersebar dan menghasilkan uang. Tentunya setelah adanya penyeleksian secara ilmiah.
B. Pengembangan Pemikiran serta Keunggulan Pesantren:
- Menyaring dan mengetahui kelebihan metodologi pendidikan di masing-masing Pesantren, agar pesantren lainnya dapat mengambil manfaat, kemudian kita harapkan dapat menerapkan sesuai kemampuan dan kapasitasnya.
Sistem kerja RMI: mengadakan workshop metodologi pengajaran system cepat dan efektif di bidang unggulan setiap pesantren, kemudian kita bukukan dan kita bagikan, atau ditenderkan ke penerbit untuk dijual.
- Memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada Pesantren di Jepara tentang kemajuan, keunggulan, beasiswa, kesuksesan yang telah diraih oleh pesantren-pesantren maju agar tumbuh sifat inspirasi, inovasi dan aksi baru untuk ditiru.
Sistem kerja RMI: mencari cara dan fasilitas untuk mewujudkan hal ini.
C. Pengembangan Pemikiran melalui Kurikulum Pesantren:
- Mensosialisasikan perlunya Materi Pendidikan Pesantren yang berprinsip kepada tiga materi dasar:
1. Materi Pasif : bersifat tatsqif/ pengembangan wawasan. (perlu penjabaran)
2. Materi aktif : lebih bersifat pendalaman takhasshus/ kejuruan. (perlu penjabaran)
3. Materi produktif : lebih mengarah kepada skill ketrampilan serta pembentukan karakter. (perlu penjabaran)
Sistem Kerja RMI: menjabarkan, menerangkan dan mensosialisasikan baik lewat bulletin, media, temu diskusi, atau cara lainnya. Niat kita bukan untuk menggurui Pesantren, tapi lebih bersifat memberikan informasi sebanyak banyaknya
- Membantu Pesantren dalam mengadakan studi banding dengan Pesantren lainnya di bidang kurikulum:
Sistem kerja RMI: mengajak dan mengadakan tour bersama ke pesantren yang maju di Indonesia, minimal di Jawa, atau memberikan kopy data pelajaran yang dijadikan materi unggulan Pesantren, atau kita membeli buku/kitab andalan pesantren agar mereka membeli atau mengkopinya di pustaka RMI.
- Menjembatani pesantren-pesantren dalam menjalin kerjasama di bidang kurikulum dengan pesantren atau lembaga lain.
Sistem kerja RMI: belum
- Membumikan motto NU, yaitu: Almuhafadzoh ala Qadimi Assholih wal Akhdzu bil Jadidi Al-ashlah.
- Mengupayakan untuk penyetaraan untuk ijazah pesantren
- Pengenalan dan penyosialisaian tentang IPTEK
Mabadil